Di antara keistimewaan bulan Ramadhan yang paling utama adalah diturunkan Al-Qur’an di bulan suci itu. Kenyataan turunnya Al-Qur’an itu, apabila kita mau merenungkannya benar-benar merupakan suatu anugrah yang sangat luar biasa agungnya. Pertama, anugrah untuk Nabi Muhammad saw, kemudian untuk kita semua umatnya.
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT kepada kita.
Al-Qur’an adalah kalam tuhan semesta alam, dan kita adalah sebagian dari mahluk-mahluk ciptaan-Nya.
Apalagi ungkapan diatas belum sebenarnya membawa Anda ke kemahaagungan anugrah itu, coba saja bayangkan. Sebesar apa pun anda, misalnya, dan setinggi apa pun pangkat anda, anda tak akan lebih dari seorang RT dalam suatu RW di suatu dusun, dari beberapa dusun disebuah desa. Desa ini merupakan salah satu desa dari suatu kecamatan disalah satu kabupaten.
Kabupaten hanyalah satu di antara sekian daerah tingkat II disustu propinsi hanyalah suatu diantara sekian wilayah tingkat I di negeri ini. Jika negeri ini masuk ASEAN dan ASEAN masuk asia, maka seperti kita ketahui Asia hanyalah salah satu dari beberapa buah benua dan planet yang berwarna bumi ini. Sedangkan planet bumi. Seperti kita ketahui, hanyalah salah satu dari sekian planet dalam tata surya kita.
Dan Anda tahu, bahwa di ruang angkasa ciptaan Allah SWT ini ada jutaan- bahkan konon milyaran bintang dan planet. Masing-masing bintang atau planet yang sekian banyaknya itu ada yang sebesar bumi kita, ada yang lebih besar dua kali lipat, ada yang besaran kali lipat, dan seterusnya. Jarak satu sama lain tak terhingga oleh ukuran panjang-lebar kita.
Diantara ciptaan-ciptaan Allah SWT yang begitu besar dan agung dimanakah letak RT, desa, kecamatan, kabupaten propinsi bahakan negeri anada ? Dan dimanakah Anda ?
Nah, pencita semesta alam yang sedemikian dahsyat dan agung itu ternyata begitu murah dan suci berfirman kepada anda. Itulah Al-Qur’an. Kitab suci yang kita peringati turunnya setiap ramadhan.
Tidak diragukan lagi bulan ramadhan memang membawa hikmah tersendiri dalam kehidupan kaum muslimin. Misalnya, begitu masuk bulan ramadhan kita merasa hidup di dalam aktifitas kehidupan perorangan dan kekeluargaan yang mendadak berubah. Mulai dari situasi dan jadwal aktifitas-termasuk kegiatan dapur hingga frekuensi tidur. Demikian pula media massa, baik cetak maupun elektronik, dengan sendirinya di bulan suci ini menyemarakkan acara-acara sesungguhnya.
Apakah ini yang disebut –sebut sebagai syiar Ramadhan itu ?
Setelah lebih ‘separo jalan’ kita mengalami dan menghayati syiar Ramadhan, sebagaimana kalau sejak kita menelitinya- dan meneliti sikap kita didalamnya-kembali ?
Kehidupan siang kita sudah mulai terbiasa dengan pergantian jadwal makan-minum-masihkah mengingat kita kepada hikmah-hikmah mulia berlapar-lapar dahaga ?
Marilah kita hitung kembali jam-jam, menit-menit, atau kalu perlu detik-detik kebersamaan kita yang sesungguhnya dengan Allah SWT. Untuk siapa kita berpuasa dan bahkan hidup kepada siapa segala harapan kita tumpuk. Berapakah prosentasenya dibanding dengan yang lain ? atau adakah frekuensi kebersamaan itu konstan.
Jawaban kita yang jujur masih belum terlambat apabila kita benar-benar ingin memaksimalkan penggunaan kesempatan Ramadhan ini bagi meningkatkan kedekatan itu kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar