PANTI ASUHAN YATIM PIATU DAN DHUA’AFA
“NOER FATHONI AFIFAH”
Akte Notaris No 14 Tanggal 20 Januari 2004.
Keputusan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor:AHU-4899.AH 01.02.Tahun 2008 NPWP:02.154.767.4-503.000.
Bank Muamalat No Rek:903 525 1199. an Moch Abd Zarqoni.
BNI 46 No Rek:0484 788 985.an Moch Abd Zarqoni. BRI No Rek:304 301 002 924 502.an Moch Abd Zarqoni.
ALAMAT
Kp.Tegalrejo RT,06/13 Kelurahan Tambak aji Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang 50185.
Hp:Indsat:081 575 603 584.XL:0877 3131 5234.
Website: zarqonipeduli.blogspot.com/ E-mail:admpantiasuhan@gmail.com.
Sabtu, 07 April 2012
“JAHILIYAH MODERN”
Asslm. Wr.Wb.
Dibenak kita mungkin menangkap kata-kata Jahiliyah ini dengan kebodohan, kuno, kehidupan yang amat sederhana, tidak bisa membaca, dan tidak mempunyai pengetahuan teknologi (ilmiah). Pengertian Jahiliyah dalam hal ini bermakna tidak mengenal TAUHID, tidak menggunakan “hati” dan atau “pikiran” mereka. Masih ingat salah satu bait lagu Bimbo yang sangat populer “bermata tapi tak melihat, bertelinga tapi tak mendengar”. Seperti itulah gambaran Jahiliyah, mereka tahu bahwa yang mereka lakukan itu “salah” tetapi tetap pada kesombongan, keangkuhan, kekerasan, prestise, jabatan, dan tujuan yang akan mengalahkan segalanya.
Sebagai contoh kejadian-kejadian pada zaman Nabi Ibrahim, ajaran Nabi Ibrahim a.s kepada kaumnya, (termasuk ayah kandungnya sendiri) tidak diindahkan sama sekali, agar tidak menyembah dan mempertuhankan berhala-berhala. Perempuan hanya dijadikan budak pemuas nafsunya, anak-anak ditelantarkan. Yang ada pada zaman itu hanya peperangan-peperangan antar suku untuk mencapai tujuan. Siklus kehidupan di dunia ini bagaikan roda yang berputar, silih berganti, kejadian-kejadian di zaman modern ini adalah pengulangan kejadian-kejadian dimasa yang lalu dengan frame yang berbeda.
Maka boleh jadi Jahiliyah pada zaman Arab pra Islam sudah terjadi pada zaman modern ini. Kita banyak menyaksikan bagaimana orang-orang yang terkenal dengan kecerdasan, keintelektualan mereka tapi dengan semena-mena berbuat seenaknya saja demi mencapai suatu tujuan.
Mereka bukan bodoh, tetapi membodohi diri sendiri. Mereka bukan tidak tahu, tapi pura-pura tidak tahu.
Dengan kecerdasannya mereka membodohi masyarakat, terutama masyarakat bawah, dengan kekuasaanya mereka memperbudak rakyat. Itulah gambaran singkat perilaku Jahiliyah di zaman modern ini.
Semoga kita termasuk orang yang selalu diberi cahaya dan petunjuk yang lurus (ihdzinash-shirathal mustaqim), sehingga kita tidak termasuk manusia-manusia dengan sebutan Jahiliyah Modern. Jaman dimana banyak orang yang menganggap salah itu benar dan benar itu nyleneh. Sekarang, semuanya ingin instan dan gampang. Orang-orang tak ingin susah dulu untuk mengalami kesuksesan. Memang kita sadar bahwa zaman jahiliyah modern ini berkembang begitu pesat karena didukung dengan adanya media dan perangkat penyebar informasi canggih yang setiap saat siap menyebarkan ‘kuman-kuman’ perusak akhlak yang mampu bergerak melebihi kecepatan sinar dan menerobos masuk ke rumah-rumah bahkan menyelinap ke kamar-kamar tidur melalui layar kaca televise (TV).
Mungkin itu adalah sebutan yang tepat bagi keadaan kita sekarang. Keadaan dimana mentuhankan hawa nafsu dan hanya memikirkan sesaat. Mereka tak berpikir bahwa ada kehidupan yang abadi. Yang lebih baik dan indah dari pada kehidupan sekarang yang apabila dijalankan dengan benar.
Dewasa ini kita hidup di era jahiliyah modern, materialis yang dengan segala gerakan dan adat istiadatnya telah jauh dari tatanan syariat yang dibawa oleh Rasulullah saw. Nilai-nilai agama dan keruhaniannya telah dicampakkan begitu saja. Akibatnya, kerusakan dan
kebobrokan moral dan etika melanda kebanyakan manusia akhir-akhir ini.
Hidup di abad dan era seperti ini, dimana godaan nafsu dan syahwat mengepung kita dari segala penjuru dan pergaulan bebas meliputi anak mudanya – sungguh tidak mudah. Diperlukan adanya ketahanan diri dan kekuatan iman serta keyakinan bahwa diri kita pasti akan dimintai pertanggung jawaban kelak oleh Allah Ta’ala terhadap semua yang kitalakukan. Kita sangat butuh dengan keberadaan para penyeru kebaikan, para da’i, ustad
dan ulama’ yang dengan fatwa serta pendidikannya akan mengarahkan dan
meluruskan jalan kehidupan kita.
Kita sendiri telah menyaksikan bagaimana kerusakan pergaulan modern pada zaman ini. Berapa banyak wanita harus menutup-nutupi rasa malunya karena ‘kecelakaan’ dengan laki-laki yang bejat. Berapa banyak pula pemuda harus menghabiskan masa mudanya di terali besi karena terjerembab dalam kriminalitas. Dan berapa banyak anak-anak bayi tidak berdosa terlahirkan tidak mempunyai ayah dan tidak mengetahui siapa ayah mereka. Semua
karena kebejatan si wanita dan laki-laki yang terjatuh dalam pergaulan bebas.
Inilah yang diinginkan oleh syaitan, musuh kita. Mereka selalu berusaha menjatuhkan kehormatan dan kemuliaan manusia lewat kemaksiatan dan kemungkaran. Mereka senantiasa mencari kawannya kelak di Neraka. Alangkah rugi orang yang berjalan di belakang iblis yang terkutuk. Alangkah sengsara orang yang tunduk & hanyut pada rayuannya. Memang, jaman sekarang telah menuju jaman jahiliyah modern, salah satu indikasinya adalah banyak yang berpakaian, tapi telanjang, yang paling miris adalah mereka yang telah berjilbab, tetapi perilaku mereka belum menunjukkan identitas keislaman.
Rasulullah SAW bersabda,
“…manusia yang tidak menutupi auratnya tidak bisa mencium bau Surga…” (HR MUSLIM).
Allah berfirman,
” dan beruntung orang-orang yang menyucikan diri, yaitu mereka yang meyebut nama tuhannya lalu shalat, tapi mengapa mereka masih mementingkan kehidupan dunia?, padahal kehidupan akhirat adalah lebih baik dan kekal?” (Al-A’laa : ayat 14-17)
Sdr2ku yang dirahmati Allah,
Mari berhijrah dari jaman jahiliyah modern menuju jalan yang terang benerang yaitu diinul islam…semoga Allah Ridla pada kita… semoga Syafaat Nabi Muhammad akan kita peroleh pada hari Qiamat kelak… Malapetaka, lebih banyak terjadi akibat kejahiliyahan modern ini, karena kejahiliyahan ini mempunyai banyak ‘wajah’, mempunyai banyak kekuatan dan menciptakan kemudahan material bagi manusia. Dengan kekuatan tersebut terkadang ‘kejahiliyahan’ tak tampak lagi sebagai sesuatu yang bathil, akibatnya jahiliyah modern ini jauh lebih berbahaya dibanding jahiliyah masa silam.
Sebagai contoh, jika bangsa Arab mengubur anak perempuan hidup hidup maka pada saat ini masih di dalam kandungan pun sudah di bunuh (aborsi) karena takut menanggung aib, bahkan ada yang lahir kemudian bangkainya tidak dikubur tetapi diletakkan di kardus dan lain-lain.
Orang jahiliyah membunuh sambil mencari tempat yang sepi, tetapi orang modern tidak jarang yang dilakukan di tempat ramai seperti aborsi di rumah sakit dan lain sebagainya. Orang jahiliyah lama membunuh anaknya dilakukan karena kebodohannya, orang jahiliyah modern justru di lakukan oleh orang yang ahli dan ber IQ tinggi seperti dokter atau dukun bayi sejenisnya. Meskipun tidak semua profesionlisme tersebut berkutat dengan kejahiliyahannya. Pra-Islam membunuh dengan cara diam diam (sendirian), zaman modern justru aborsi dilakukan secara beramai-ramai. Atau minimal satu orang lebih, yaitu pelaku dan ahli peng-aborsian. Dan tentunya masih banyak kesamaan yang lainnya.
Mari kita pertahankan Akidah Islamiah sesuai Al Qur’an & Hadis kita hingga “walaa tamu tunna ila wa antum muslimun”, jangan sampai dikotori oleh pengaruh-pengaruh Jahiliyah Modren seperti tersebut diatas. Semoga artikel singkat ini ada manfaatnya.
Wasslm. Wr.Wb
KONFERENSI IBLIS
Asslm.Wr.Wb,
Ma’a syiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,
Kita mungkin sudah terbiasa dengar sebutan Iblis, syaithan dan jin, namun siapa sebenarnya mereka itu? Kenapa didalam Al-Qur’an tidak pernah disebutkan penghuni-penghuni Neraka itu dengan sebutan Iblis dan syaithan? Allah selalu meyebutkan bahwa kebanyakan isi Neraka itu dari golongan jin dan manusia.
Bahwa sebelum Adam diciptakan, Allah SWT telah menciptakan makhluk yang bernama Iblis (yang sebelumnya sangat taat kepada Allah sebagaimana malaikat-malaikat)
Allah berfirman:
Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (Al-Hijr [15]: ayat 27)
Jin yang diciptakan Allah pertama kali inilah yang bernama Iblis sebagai nenek moyangnya bangsa jin-jin, sebagaimana Adam sebagai nenek moyangnya manusia.
Sedangkan syaithan itu bukanlah makhluk, tapi kata sifat…perilaku yang dikutuk oleh Allah. Disebutkan didalam Al-qur’an bahwa perilaku syaithan ini terdiri dari jin-jin dan manusia seperti yang disebutkab dalam firman Nya:
Dari kejahatan (bisikan) syaithan yang biasa bersembunyi
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
dari (golongan) jin dan manusia. (An-Naas[114]: ayat 4,5,6)
Yang sangat berbahaya adalah syaithan dari jenis manusia, mereka cantik-cantik dan tampan-tampan yang dengan keahliannya bisa membius manusia untuk menjauh dari Allah SWT, menjauh dari kehidupan yang Islami.
Karena Iblis telah dikutuk oleh Allah, maka Iblis beserta anak-cucunya yang kafir(syaithan) akan terus menggoda manusia hingga Qiamat nanti.
Allah berfirman,
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir (Al-Baqarah [2]: ayat 34)
Semoga kisah dibawah ini bisa menjadikan kita semua hati-hati dalam setiap bertindak agar tidak tergoda oleh Iblis dan anak buahnya yang dikutuk Allah SWT.
Dikisahkan bahwa dalam sebuah konferensi bagi iblis (nenek moyangnya jin) anak cucunya jin-jin ditetapkanlah empat hal:
- Pertama, iblis dan jin-jin tidak dapat melarang kaum muslimin pergi beribadah ke mesjid.
- Kedua, mereka tidak dapat melarang kaum muslimin membaca al-Qur’an dan mencari kebenaran.
- Ketiga, mereka tidak dapat melarang kaum muslimin mendekatkan diri kepada Tuhan mereka, Allah SWT dan pembawa risalah-Nya Muhammad SAW.
- Keempat, pada saat kaum muslimin melakukan hubungan dengan Allah, maka kekuatan iblis dan jin-jin akan lemah dan lumpuh.
Oleh karena itu, konferensi menetapkan, biarlah umat Islam tetap pergi ke mesjid, biarlah mereka melakukan kebiasaan mereka, tetapi CURI WAKTU MEREKA, ini kata kunci kita, sehingga mereka tidak punya waktu lagi untuk mendekatkan diri kepada Allah. “Inilah yang akan kita lakukan!” kata pimpinan konferensi.“Alihkan perhatian mereka dari usaha mendekatkan diri kepada Allah dan awasi terus kegiatan mereka sepanjang hari.”
“Bagaimana kami melakukannya?” Tanya peserta konferensi (jin-jin)lainnya. “Sibukkan mereka dengan hal-hal yang tidak penting dalam kehidupan mereka, ciptakan budaya agar mereka selalu sibuk dalam urusan dunia,” kata sang Iblis.“Rayu mereka agar suka belanja, belanja dan belanja. Berhutang, berhutang dan berhutang.” Iblis melanjutkan, “bujuk para istri agar bekerja di luar rumah sepanjang hari dan para suami bekerja 6 -7 hari dalam seminggu, sehingga mereka merasakan jiwa mereka hampa, hati mereka gersang dan hidup ini sangat kosong walaupun mereka mengaku Muslim dan suka beribadah. Jangan biarkan mereka menghabiskan waktu berkumpul bersama anak-anak mereka.”
“Jika keluarga mereka mulai tidak harmonis, mereka akan merasa bahwa rumah mereka bukanlah tempat yang nyaman untuk kembali sepulang bekerja. Ciptakan dan dorong terus cara berfikir seperti itu agar mereka tidak mendapat ketenangan di rumah.”
“Pikat mereka untuk membunyikan radio dan kaset selama mereka berkendaraan. Dorong mereka untuk menyetel TV, CD, VCD dan PC di rumah mereka sepanjang hari. Bunyikan musik terus menerus di rumah-rumah, di semua restoran dan toko-toko setiap hari. Ciptakan lingkungan yang jauh dari suasana Islami. Hal ini akan mempengaruhi hati dan pikiran mereka sehingga jiwa mereka rusak dan rusak pula lah hubungan mereka dengan Allah dan rasul-Nya. Penuhi meja-meja rumah mereka dengan bacaan-bacaan (majalah & koran)yang banyak menyita waktu. Cekoki mereka dengan berbagai gosip setiap hari. Serang mereka denga berbagai iklan-iklan di televisi, radio, koran, majalah dan di jalanan sampai mereka banyak membeli yang sesungguhnya mereka tidak perlu. Dorong agar mereka menghidupkan budaya konsumtif.
“Muat gambar-gambar wanita cantik, itulah kesenangan para suami. Buka aurat mereka, perlihatkan kelangsingan tubuh dan kulit yang mulus, di majalah, TV dan iklan untuk menggiring para suami berfikir bahwa PENAMPILAN itu menjadi unsur terpenting, sehingga membuat para suami tidak tertarik lagi pada isteri-isteri mereka.” “Bila para istri atau suami merasa lelah dan jenuh, giringlah mereka untuk datang mencari hiburan ke kafe-kafe, pusat-pusat hiburan dan belanja. Jangan sampai mereka datang ke masjid untuk shalat berjamaah, ke pengajian, ke ustadz/kiyai nanti mereka jadi jauh dari kita.”
“Buatlah kegemaran dan ketergantungan pada makanan modern yang bermerk, yang bergengsi, yang sedang trend, fastfood, yang secara tak disadari akan merusak kesehatan mereka. Jauhkan mereka dari makanan-makanan alami. Ciptakan pandangan bahwa makanan yang alami (seperti umbi-umbian dan tumbuh-tumbuhan) itu ketinggalan zaman, kampungan dan seterusnya. Ini strategi kita menyerang mereka dari sisi makanan. Ketika mereka akan memakan sesuatu, lupakan ingatan mereka dari halal, haram dan syubhat. Buat mereka tidak sempat memikirkan itu.” “Ingat!” kata Iblis bersemangat,
“Makanan punya pengaruh kuat terhadap jiwa. Jiwa itulah yang akan kita rusak tanpa mereka sadari. Inilah jalan yang bisa kita lakukan.”
“Jangan lupa, ciptakan dalam fikiran mereka bahwa sumber kebahagiaan itu adalah UANG… UANG… dan UANG, sehingga mereka terus mencarinya dengan menghalalkan segala cara. Ciptakan kesenangan itu pada HARTA, BENDA, POPULARITAS dan KEKUASAAN. Habiskan waktu mereka untuk mencari dan mendapatkan itu semua.”
“Buatlah para isteri menjadi sangat letih pada malam hari. Buatlah mereka sering sakit kepala. Jika para isteri tidak memberikan cinta yang diinginkan sang suami, maka dia akan mulai mencari di luar. Inilah yang akan mempercepat retaknya sebuah keluarga.”
“Sibukkan mereka terus menerus sehingga tidak lagi punya waktu untuk mendalami agama dan mengkaji bagaimana Allah menciptakan alam semesta.”
“Kosongkan hati mereka. Arahkan mereka ke tempat-tempat hiburan, fitness, pertandingan-pertandingan, konser musik dan bioskop. Buatlah mereka menjadi SIBUK, SIBUK, DAN SIBUK. Perhatikan, jika mereka jumpa dengan orang shaleh, bisikan gosip-gosip dan percakapan tidak berarti sehingga percakapan mereka tidak berdampak apa-apa.” “Isi kehidupan mereka dengan keindahan-keindahan semu yang akan membuat mereka tidak punya waktu untuk mengkaji kebesaran Allah. Dan dengan segera mereka akan merasa bahwa keberhasilan, kebaikan, kesehatan keluarga adalah merupakan hasil usahanya yang kuat (bukan atas izin Allah).”
Para iblis dan jin-jinpun berteriak gembira: “PASTI BERHASIL, PASTI BERHASIL… RENCANA YANG BAGUS….!!!!. “Ingat!” pimpinan konferensi kembali menegaskan, “Sekali lagi saya mengingatkan. Biarkan mereka menjalankan agama mereka: pergi ke masjid, shalat, pengajian, dan membaca Al-Qur’an. Tapi, pengaruhi hati dan fikiran mereka dari sisi lain. CURI WAKTU MEREKA dan ALIHKAN PERHATIAN MEREKA. Dari sisi itu kita bisa masuk dan cara itulah yang ampuh untuk menjalankan misi kita. Biarkan mereka seperti taat beragama tetapi sesungguhnya jiwa, cara hidup dan cara berfikir mereka jauh dari agama.”
Iblis dan jin-jin kemudian pergi menyebar dengan penuh semangat melakukan tugas untuk membuat kaum muslimin menjadi lebih sibuk dalam urusan dunia, mencari kesenangan, pesta dan hura-hura. Dan, hanya menyisakan sedikit saja waktu buat Allah sang Pencipta. Tidak lagi punya waktu untuk bersilaturrahmi dan saling mengingatkan akan agama, kebenaran, Allah dan rasul-Nya.
Semoga kita semua bisa benar-benar menjauhkan diri dari segala tipu daya Iblis dan jin-jin tersebut, sehingga kita semua tergolong hamba-hamba yang muttaqin, hamba-hamba yang bertaqwa.. amin.
Wasslm.Wr.Wb,
“TAUBAT SEORANG IBU”
Asslm.Wr.Wb
Taubat nashuha adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah Ta’ala, tidak ada sekutu bagi-Nya dari dosa yang pernah ia lakukan karena sengaja atau lupa… dengan kembali secara benar, ikhlas, percaya, dengan ketaatan yang akan mengantarkan hamba tersebut kepada kedudukan para wali Allah yang berTAQWA serta menjauhkan antara ia dengan jalan-jalan syaitan yang terkutuk.
Maka bersegeralah sdr2ku untuk menuju kepada-Nya, bertaubat kepada-Nya sebagai Dzat Yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang serta berjalanlah di atas jalan orang-orang mukmin yang suka bertaubat, niscaya Allah akan membangkitkan sdr2ku pada kedudukan yang mulia lagi terhormat. Allah SWT menjanjikan balasan yang sangat agung bagi mereka yang bertaubat kepada-Nya dengan taubatan nashuha, karena Allah menyukai hamba-hamba yang suka berTAUBAT.
Allah berfirman,
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (Al-Baqarah: ayat 222)
Kisah Nyata Taubat Seorang Ibu:
Ada seorang ibu yang merasa geram terhadap putrinya karena ia tidak lagi seperti dulu dalam menghormati para tamu. Pekan ini, ia tidak menghormati tamu ibunya. Sang ibu merasa heran karena putrinya adalah seorang gadis yang saat beragama.
Di hari terakhir dari pekan ini sang putri Fatimah namanya duduk ketika ibunya menyambut tetangganya yang datang berkunjung. Hampir saja sang ibu pingsan ketika melihat anaknya tetap terpaku duduk tidak bergerak dari tempat duduknya; tidak berdiri untuk menyambut tetangganya yang baik hati lagi mulia. Lebih-lebih ketika tetangga itu mendekati si putri sambil mengulurkan tangannya. Akan tetapi sang putri, pura-pura tidak tahu dan tidak menyambut uluran tangan tetangganya. Ia membiarkan saja sang tetangga berdiri beberapa saat sambil mengulurkan tangannya didepan ibunya yang geram dan kebingungan. Hingga ibunya berteriak:
“Berdiri! Dan jabat tangannya Fatimah!”
Sang putri hanya membalas dengan pandangan ketidak pedulian tanpa bergeser sedikitpun dari tempat duduknya seolah-olah ia tuli tidak mendengar kata-kata ibunya. Sang tetangga merasa sangat tidak enak terhadap kelakukan sang putri dan ia menganggap bahwa kehormatannya telah diinjak-injak dan dihina. Maka segera ia menarik tangannya kembali dan berbalik ingin segera pulang ke rumahnya sambil mengatakan:
“Sepertinya, saya mengunjungi kalian pada waktu yang tidak tepat.”
Tiba-tiba Fatimah meloncat dari tempat duduknya dan memegangi tangan tetangganya lalu mencium kepalanya sambil mengatakan:
“Maafkan bibi, demi Allah saya tidak bermaksud berbuat buruk kepada bibi.”
Fatimah menuntun tangannya dengan lembut penuh dengan rasa sayang dan penghormatan dan mengajaknya duduk seraya mengatakan:
“Tahukah engkau wahai bibi, betapa saya mencintaimu dan menghormatimu.”
Fatimah berhasil menenangkan perasaan tetangganya dan menghapus goresan yang telah melukai hatinya karena sikapnya yang aneh dan tidak terfahami. Sementara ibunya menahan amarahnya jangan sampai termuntahkan dihadapan putrinya. Sang tetanggapun berpamitan untuk pulang dan Fatimah segera bangkit mengulurkan tangan kanannya sedangkan tangan kirinnya memegangi tangan kanan tetangganya agar tidak mengulurkannya kepadanya. Dia mengatakan:
“Seyogyanya tangan kanan saya harus tetap terulur tanpa bibi mengulurkan tangan bibi kepadaku agar saya dapat melunasi keburukan yang telah aku perbuat terhadap bibi.”
Akan tetapi bibi, sang tetangga langsung mendekap Fatimah kedadanya dan menciumi kepalanya seraya mengatakan:
“Tidak apa-apa anakku, karena kamu telah bersumpah bahwa kamu tidak berniat buruk kepadaku.”
Begitu sang tetangga meninggalkan rumah, sang ibu langsung menegur putrinya dalam kemarahan yang tertahan:
“Mengapa kamu bertindak seperti ini Fatimah?”
Fathimah menjawab:
“Saya tahu kalau saya menyebabkan ibu merasa tidak enak seperti ini, maafkan saya ibu.”
Ibunya bertanya:
“Ia mengulurkan tangannya kepadamu, tetapi kamu tetap duduk tidak berdiri, dan tidak menjabat tangannya?!”
Fatimah menjawab:
“Ibu juga melakukan yang sama setiap hari!”
Ibu berteriak dengan penuh rasa heran:
“Apa? Aku melakukannya setiap hari?!”
Fatimah menjawab:
“Iya, Ibu melakukannya siang dan malam.”
Ibunya semakin marah terheran-heran:
“Apa? Aku melakukannya siang dan malam?”
Ia menjawab:
“Betul Ibu, Dia menjulurkan tangannya kepada ibu, tapi ibu tidak pernah menjabat tangan-Nya.”
Ibunya semakin marah tidak faham:
“Siapa yang mengulurkan tangan-Nya kepadaku dan aku tidak menyambutnya?!”
Fathimah menjawab:
“Allah bu, Allah yang Maha Suci mengulurkan tangan-Nya kepada ibu di siang hari agar ibu bertaubat, dan Dia mengulurkan tangan-Nya kepada Ibu di malam hari agar ibu bertaubat, akan tetapi ibu tidak mau bertaubat. Ibu tidak mengulurkan tangan kepada-Nya.”
Ibu terdiam. Ucapan putrinya membuatnya terperanjat dan tertegun. Sang putri melanjutkan perkataannya:
“Bukankah ibu merasa bersedih, ketika saya tidak mengulurkan tangan untuk menjabat tangan tetangga kita tadi? Dan ibu khawatir jika dia berpresepsi buruk kepadaku? Saya wahai ibu, merasa bersedih setiap hari ketika mendapati ibu tidak mengulurkan tangan untuk bertaubat kepada Allah yang Maha Suci yang selalu mengulurkan tangan-Nya kepada ibu di siang hari dan di malam hari”.
Nabi Muhammad saw bersabda dalam sebuah hadis shahih:
“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari agar bertaubat orang yang berbuat kesalahan di siang hari, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar bertaubat orang yang berbuat kesalahan di malam hari hingga matahari terbit dari tempat terbenamnya.” (HR. Muslim)
Maka berlinanglah kedua mata sang ibu. Sang putri melanjutkan ucapannya, semakin menajamkan nasihatnya:
“Saya sangat mengkhawatirkan ibu, ketika ibu tidak shalat, karena pertama kali yang akan ditanyakan kepada ibu di hari Qiamat adalah shalat. Saya sangat bersedih ketika melihat ibu keluar dari rumah tanpa menutup aurat yang diperintahkan oleh Allah SWT. Bukankah ibu merasa tidak enak ketika melihat tindakanku terhadap tetangga kita tadi? Saya wahai ibu sangat merasa tidak enak dihadapan teman-temanku ketika mereka mempertanyakan kepadaku tentang keluarnya ibu tanpa jilbab dan tanpa memperhatikan aturan-aturan agama sementara saya adalah gadis yang berjilbab.”
Maka air mata taubat semakin deras mengalir membasahi kedua pipi sang ibu dan putripun ikut menangis karena tidak bisa menahan rasa harunya melihat ibunya memperhatikan nasihat dan menerima kebenaran. Maka iapun bangkit dan memeluk ibunya dengan penuh kasih sayang yang amat dalam. Sementara ibunya dengan isak tangisnya mengatakan:
“Aku bertaubat kepada-Mu ya Allah… Aku bertaubat kepadamu ya Allah…”
Oleh karena itu wahai para ibu, wahai para bapak, wahai para gadis, wahai para pemuda bertaubatlah kepada Allah, jangan ditunda-tunda lagi. Allah mengetahui keadaan kita. Allah mengetahui apa yang tersirat dalam hati kita masing-masing. Dan Allah menunggu taubat kita setiap saat. Dan Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat. Maka, apakah kita selalu bertaubat kepada-Nya?
Allah berfirman,
“Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? (Ali-Imran: ayat 135)
Nabi Muhammad saw yang sudah dijamin Allah masuk SURGA, selalu memperbanyak taubat dan istighfar, memohon ampunan, sehingga para sahabat beliau menghitung ucapan beliau dalam bertaubat kepada Allah sebanyak 100 kali dalam sehari.
“Wahai Rabb-ku ampunilah aku, terimalah taubat-ku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Pengampun.”
Semoga kita semua ini termasuk hamba-hamba yang suka bertaubat kepada Allah Swt, menyesali berbuatan buruk yang pernah kita lakukan dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi…sehingga hati ini selalu dalam keadaan suci. Hati yang suci inilah salah satu tanda orang yang berTAQWA.
Wasslm. Wr.Wb,
“IKHLAS KARENA ALLAH”
Asslm. Wr.Wb,
Ma’a syira muslimin wal muslimat rahimmakumullah,
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita semua dengan hati yang selalu ikhlas. Betapapun kita melakukan sesuatu amalan hingga menghabiskan jutaan rupiah, bersimpuh keringat, habis tenaga dan pikiran, kalau tidak ikhlas melakukannya, tidak akan ada nilainya di hadapan Allah SWT. Seseorang yang menginfaqkan hampir seluruh harta yang dimilikinya, kalau hanya ingin disebut sebagai dermawan, ia pun tidak akan memiliki nilai apapun. Mengumandangkan adzan setiap waktu shalat, tapi selama adzan bukan Allah yang dituju, hanya sekedar ingin memamerkan keindahan suaranya supaya dikagumi para jamaah, maka itu hanya teriakan-teriakan yang tidak bernilai di hadapan Allah SWT.
Ikhlas, terletak pada niat dihati. Luar biasa sekali pentingnya niat ini, karena niat adalah pengikat amal. Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan niat yang ada di dalam hatinya, siap-siaplah untuk membuang waktu, tenaga, pikiran dan harta. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting dan akan membuat hidup ini sangat mudah, indah, nyaman dan bermakna.
Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang ia lakukan. Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT.
Sebagai contoh disaat kita sedang memasukkan uang ke dalam kotak infaq, maka fokus pikiran kita tidak ke kiri dan ke kanan, tapi pikiran kita terfokus bagaimana agar uang yang kita infaqkan itu diterima di sisi Allah SWT, kalau perlu tidak usah kita lihat berapa rupiah yang kita ambil dari dompet dan kemudian kita masukkan kedalam kotak amal.
Apapun yang kita lakukan kalau konsentrasi kita hanya kepada Allah, itulah ikhlas.
Orang yang ikhlas adalah orang yang memusatkan pikirannya agar setiap amalnya diterima oleh Allah. Seorang Da’i yang tulus ikhlas tidak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona, penuh rasa humor, tapi setiap kata yang ia ucapkan benar-benar menjadi kata yang disukai oleh Allah. Bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya, selebihnya terserah Allah. Kalau ikhlas walaupun sederhana kata-kata yang ia ucapkan, Allah-lah yang akan memberi petunjuk kepada siapa yang Allah kehendaki. Oleh karena itu, jangan terjebak oleh rekayasa-rekayasa manisnya ucapan. Allah sama sekali tidak membutuhkan rekayasa apapun dari manusia. Allah Maha Tahu segala isi hati manusia, Maha Tahu segalanya.
Allah berfirman,
Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya. (Az-Zumar[39]: ayat 37)
Seorang hamba yang ikhlas akan merasakan ketentraman dan kebersihan jiwa, ketenangan lahir dan batin. Betapa tidak? Karena ia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan, dan imbalan. Kita tahu bahwa penantian adalah suatu hal yang tidak menyenangkan. Begitu pula menunggu diberi pujian, juga menjadi sesuatu yang tidak nyaman. Lebih getir lagi kalau yang kita lakukan ternyata tidak dipuji, pasti kita akan kecewa. Tapi bagi seorang hamba yang ikhlas, ia tidak akan pernah mengharapkan apapun dari siapapun, karena kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan pujian, tapi dari apa yang bisa dipersembahkan untuk kepentingan orang banyak.
Orang yang tidak ikhlas akan sering tersinggung dan kecewa karena ia memang terlalu banyak berharap. Karenanya biasakanlah saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, kalau sudah berbuat sesuatu, kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja disisi Allah yang pasti aman. Jangan pula disebut-sebut, diingat-ingat, nanti malah berkurang atau bahkan hilang sama sekali nilai pahalanya. Keikhlasan seorang hamba Allah dapat dilihat dari raut muka, dari senyuman, tutur kata, serta gerak-gerik perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Kita akan merasa aman bergaul dengan orang yang ikhlas. Kita tidak curiga akan ditipu, dibohongi, kita tidak curiga akan dikecoh olehnya. Dia benar-benar bersih hatinya. Setiap tumpahan kata-kata dan perilakunya tidak ada yang tersembunyi. Semua itu ia lakukan tanpa mengharap apapun dari orang yang dihadapinya, yang ia harapkan hanyalah memberikan yang terbaik untuk siapapun. Sungguh akan nikmat bila bergaul dengan seorang hamba yang ikhlas. Perilakunyapun tidak akan menyudutkan dan menyakitkan hati siapa yang diajak bicara. Tidak usah heran jikalau orang ikhlas itu punya daya gugah, daya tarik dan daya ubah yang begitu dahsyat. Dikisahkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya?
“Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?”
Allah menjawab, “Ada, yaitu besi” Para malaikat pun kembali bertanya,
“Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?”
Allah menjawab, “Ada, yaitu api”. Bertanya kembali para malaikat,
“Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?”
Allah menjawab, “Ada, yaitu air“.
“Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?” , kembali bertanya para malaikat.
Allah yang menjawab, “Ada, yaitu angin” (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).
Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi,
“Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?”
Allah menjawab,
“Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya.”
Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain. Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
Allah berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.(Al-Baqarah[2]: ayat 264)
Semoga kita semua dalam beramal shalih, baik yang secara terang-terangan ataupun yang tersembunyi benar-benar kita lakukan ikhlas hanya karena Allah SWT, mengharap ridha-Nya, tidak mengharapkan pujian dari siapapun. Demikian renungan singkat ini yang bisa kami sampaikan, semoga bermanfaat dan mohon maaf kalau ada kekurangan.
Wasslm.Wr.Wb,
Langganan:
Postingan (Atom)